Hati kita ini bisa khusu’ dan menagis bila kita takut kepada Allah dan takut akan siksa-Nya. Ini sifat yang mulia dan usaha yang terpuji. Dengan sifat itu pula Allah menyifatkan para Nabi-Nya serta hamba-hamba-Nya yang berilmu pengetahuaan.
Allah swt. Berfirman:
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آَيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS.Maryam:58).
Firman-Nya yang lain:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. (QS.AL-Isra’:109).
Rasulullah saw. telah mengkategorikan orang yang senantiasa iba, dalam bilangan tujuh orang yang akan dilindungi Allah pada hari kiamat, yang tidak ada perlindungaan lain, kecuali dari Allah swt.
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Seorang yang senantiasa menyebut-nyebut nama Allah di masa lapang, lalu kedua kelopak matanya digenangi air mata. (HR.Bukhari Muslim)
Orang yang menangis semata-mata karena takut kepada Allah, amat jarang terlihat di kalangan masyarakat, sehingga derajaatnya amat tinggi dalam pandangan Allah. Padahal sangat banyak orang yang menangis setiap hari.
Tangisan itu banyak ragamnya, hanya tangisan karena takut kepada Allah saja yang jarang dilakukan oleh manusia. Karena itu hendaknya kita menangis karena takut kepada Allah. Jika tidak bisa menangis maka usahakan terus agar diri kita bisa menagis. Tetapi ingat, kita jangan mencampur adukkan amalan kita dengan riya’ dan kepura-puraan, atau dengan menunjukkan diri dan berbangga di hadapan orang banyak, agar kita tidak tampak hina dalam pandangan Allah swt.
Jika kita masih kesulitan untuk menangis, maka hendaklah menggambarkan betapa susahnyaa kejadian yang akan menimpa kita di hari akhirat kelak, dan yang pasti akan tiba.
Apabila kita benar-benar beriman kepada Allah dan mempercayai segala ajaran Rasul-Nya, kita pasti akan iba dan menangis, demikian itu bila kita mempunyai hati yang berperasaan dan akal yang bisa menimbang. Tetapi bila tidak, maka anggaplah diri kita sebagai binatang ternak yang dipelihara di dalam kandang atau yang melata di padang rumput, tiada berguna lagi. Sebab Allah hanya menunjukkan percakapaan dan peringataan-Nya kepada manusia yang berhati perut.
Allah swt berfirman:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya. (QS.Qaf:37)
Firman-Nya yang lain:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS.Al-Baqarah:269)
Kata أُولُو الْأَلْبَابِ pada ayat tersebut dimaksudkan kepada orang-orang yang berakal dan mengerti. Dengan demikian berarti Allah telah menafikan keberadaan akal bagi orang yang tidak mengabil peringatan terhadap keterangan-keterangan-Nya.
Allah telah mengkhusukan peringatan-Nya kepada:
1. Ahli taubat, yaitu orang yang senantiasa berserah diri dan kembali kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya.
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آَيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَنْ يُنِيبُ
Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). (QS.Al-Mukmin:13).
2. Ahli khasyi’ah, yaitu orang-orang yang jiwanya senantiasa khawatir dan takut kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya.
فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى . سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى
Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (QS.Al-A’laa:9-10)
3. Ahli iman, yaitu orang-orang yang mempercayai Allah dan Rasul-Nya dengan janji-janji-Nya yang indah dan ancaman-ancaman-Nya yang dahsat.
Allah memerintahkan Rasul-Nya agar menyampaikan peringatan-Nya kepada manusia seuruhnya, dan manfaat peingatan itu dikhusukan bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Sebagaimana firman-Nya.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS.Adz-Dzaariyaat:55)
Seruan itu menjadi hujjah dan bukti bagi mereka yang mukmin. Sedangkan terhadap kaum non mukmin seruan itu merupakan alasan untuk menolak hujjah-hujjah mereka yang salah atau batil. Sebab mereka telah berpaling dari yang hak sesudah mereka mengetahui dan inkar terhaadapnya sesudah diberi peringatan. Mereka juga enggan menyambut seruan Allah.
Allah swt. berfirman
وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آَذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ
Mereka berkata: "Hati Kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru Kami kepadanya dan telinga Kami ada sumbatan dan antara Kami dan kamu ada dinding, Maka Bekerjalah kamu; Sesungguhnya Kami bekerja (pula)." (QS.Fushshilat:5).
Demikianlah perumpamaan orang yang diseru Allah untuk pentauhidan Dzat-Nya dan menaati perintah yang diturunkan melalui lisan Rasul-Nya.
Celakanya orang itu menolak seruan Allah seraya takabur, inkar, dan kufur. Orang yang menampakkan keimanan dengan lisan dan keyakinan secara lahiriyah saja, sedang batinnya inkar, maka itulah orang munafik yang dihukumi sama dengan orang kafir, yang akan ditimpa kemurkaan dan laknat Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar