Sebagai seorang muslim kita harus bisa meninggalkan hal-hal yang tidak berarti bagi diri kita. Misalnya: Perkataan yang tidak berarti; penglihatan yang tidak berarti, pendengaran yang tidak berarti; pemikiran yang tidak berarti; perjalanan yang tidak berarti; dan semua gerak-gerik kita yang tidak berarti, baik lahir maupun batin.
Rasulullah saw. bersabda:
Rasulullah saw. bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ . رواه الترمذي وغيره
Sebagian ciri Muslim yang baik ialah meninggalkan hal-hal yang tidak berarti baginya. (HR. Turmudzi dan lainnya).
Meninggalkan hal-hal yang tidak berarti memang tidak mudah, akan tetapi kita harus berupaya untuk meninggalkannya agar kita menjadi muslim yang baik.
Muslim yang baik pasti ingat, bahwa semua ucapan yang keluar dari lisan baik yang berarti maupun yang tidak berarti itu dalam pengawasan Allah swt.
Allah swt. berfirman:
Allah swt. berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Q.S.Qaaf:18)
Malaikan pengawas (Raqib 'Atiid) sebagai saksi dan pencatat setiap ucapan yang keluar dari lisan kita. Oleh karena itu setiap kali ingin bertutur kata hendaknya kita pikirkan terlebih dahulu agar tidak terperosok dalam tutur kata yang tiada guna dan sia-sia yang mana ucapan itu disuruh oleh Allah swt. untuk ditinggalkan. Oleh karena itu Muslim yang baik memilih diam.
Rasulullah saw. bersabda:
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. رواه البخارى ومسلم والترمذى
Barangsispa beriman kepada Allah dan hari akherat, hendaklah ia berkata baik atau berdiam diri. (H.R. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)
Muslim yang baik tentu menyadari bahwa semua perbuatan itu dalam pengawasan Allah swt. Sebagaimana firman-Nya:
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Ankabuut:45)
Kesadaran diri akan pengawasan Allah swt. inilah yang membimbingnya untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berarti bagi dirinya. Oleh karena itu harus memuji kepada Allah swt atas bimbingan (hidayah)-Nya.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang menyandang lupa untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berarti bagi diri kita. Juga tidak termsuk orang-orang yang mungkin menyia-nyiakan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berarti bagi diri kita. Karena Allah itu tidak lupa terhadap apa yang kita kerjakan. Sebagaimana firman Allah swt.
وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Baqarah:74)
Banyak orang terlena dan asyik oleh hal-hal yang tidak berarti bagi dirinya, yaitu semua ucapan dan tindakan yang tidak berguna dan sia-sia. Misalnya!
1. Sebagai Muslim terkadang kita ini masih sering aniaya diri dengan ucapan-ucapan dusta dan menipu. Padahal kita tahu bahwa Allah swt. berfirman:
وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Q.S.Al-Hajj:30).
2. Sebagai Muslim terkadang kita ini masih suka mencampur baurkan amalan yang baik dengan amalan yang jahat. Padahal kita tahu bahwa Allah swt. melarang kita melakukan hal itu. Namun kita masih nekat juga melakukannya. Sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui. (Q.S.Al-Baqarah:42).
3. Sebagai Muslim terkadang kita ini juga masih suka mencampur baurkan perkara yang perkara yang halal dengan perkara yang haram. Padahal kita tahu bahwa kita disuruh untuk menjaga diri dari perkara yang musytabih (syubhat). Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ. رواه مسلم وابو داود وابن ماجه
Barangsiapa yang menjaga dirinya dari hal-hal yang syubhat, sesungguhnya ia telah berhasil mencari kebersihan bagi agamanya dan nama baiknya sendiri. (H.R.Muslim, Abu Dawud, dan Ibn. Majah).
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk takwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa dan menjadi orang ahli wara' yaitu orang-orang yang takwa kepada Allah swt. tanpa mencampur baurkan antara amalan yang baik dengan amalan yang jahat, menjuhi perbuatan syubhat, apalagi yang jelas-jelas haram. Ingat! Bahwa rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat baik.
إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S.Al-A'raaf;56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar