Perbuatan buruk yang dilakukan manusia diantaranya berupa; perbuatan maksiat, perbuatan durhaka, dan perbuatan kejahatan.
Kalau kita melanggar perintah Allah swt., melakukan perbuatan dosa, melakukan perbuatan buruk, melakukan perbuatan tercela dan sebagainya berarti kita telah berbuat maksiat kepada Allah swt. Allah menerangkan kepada kita untuk mengambil jalan orang-orang yang saleh.
Allah swt. berfirman:
Kalau kita melanggar perintah Allah swt., melakukan perbuatan dosa, melakukan perbuatan buruk, melakukan perbuatan tercela dan sebagainya berarti kita telah berbuat maksiat kepada Allah swt. Allah menerangkan kepada kita untuk mengambil jalan orang-orang yang saleh.
Allah swt. berfirman:
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (Q.S.Al-An'am:55).Kalau kita ingkar terhadap perintah Allah, ingkar terhadap perintah orang tua yang tidak menyalahi syari'at-Nya, tidak setia kepada kekuasaan yang sah (negara) dan sebagainya, berarti kita telah berbuat durhaka. Allah menyeru kita agar taat kepada-Nya, rasul-Nya dan pemimpin kita.
Allah swt. berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. (Q.S.An-Nisaa:59).Kalau kita korupsi, merampok, mencuri, bersifat jahat kepada orang lain, berperilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma agama dan sesamanya, berarti kita telah berbuat kejahatan. Allah mengingatkan kita balasan orang yang berbuat kejahatan. Sebagaimana firman-Nya:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. (Q.S.Asy-Syuraa:40).Sebagai orang yang beriman kita harus tahu bahwa kejahilan dalam berbuat dan kebingungan dalam memilih di antara yang hak dan yang batil keduanya itu merupakan penyakit hati dan jiwa yang harus kita usahakan penyembuhannya. Penyakit hati dan jiwa tersebut akan sembuh bila kita benar dalam mendirikan salat .
Allah swt. berfirman:وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (Q.S.Al-Ankabuut:45)Pada saat salat kita berusaha khusyu’ (penuh kerendahan hati, kesederhanaan dan tunduk) di hadapan Allah swt. Dalam salat kita juga mohon kepada-Nya untuk ditunjukki ke jalan yang lurus.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S.Al-Fatihah:6-7)
Dengan salat mestinya kita dapat menghentikan perbuatan keji dan mungkar. Namun kenyataannya di luar salat, terkadang hati dan jiwa kita tidak khusyu’ sebagaimana dalam salat, sebab kita tidak konsisten dengan permohonan kita " Tunjukilah kami jalan yang lurus". Hal itu dibuktikan dengan masih adanya perbuatan kita yang menyimpang dari ajaran Islam.
Allah mengetahui kelemahan kita. Sedangkan kita terkadang tidak mengakui atau mengetahui adanya perbuatan sesat, ada pada diri kita atau bahkan mengabaikannya. Dengan kebijaksanaan-Nya, Allah membuka pintu pertobatan dan membimbing kita untuk menghapus yang buruk. Oleh karena itu kita harus segera melakukan pertobatan terhadap perbuatan-perbuatan sesat tersebut.
Allah swt. berfirman:إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ
ٍSesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan. (Q.S.An-Nisaa:17).
Allah swt. telah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kita. Jika kita mau memahaminya tentunya kita tidak akan lagi melakukan perbuatan-perbuatan sesat.
قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآَيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
Telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Q.S.Ali Imran:118).
Sebagai orang yang beriman juga harus tahu bahwa kebingungan itu merupakan sifat orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Allah swt. berfirman:الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
Hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (Q.S.At-Taubah:45).Maka dari itu kita harus berlindung kepada Allah dari kejahilan (ketidaktahuan) dan kebingungan, serta memohon taufik dan hidayan-Nya agar terhidar dari perilaku-perilaku sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar