Sebagai orang beriman kita disuruh oleh Allah swt. untuk menjaga diri dari perilaku sesat dan ucapan keliru.
Allah memberitahu kita, bahwa kesesatan orang lain tidak akan membawa pengaruh apaun terhadap diri kita, selagi kita telah mendapat petunjuk dari Allah, beriman kepada-Nya, mentaati perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, dan menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya. Demikian itu bukan berarti kita tidak disuruh berbuat yang makruf dan mencegah yang munkar.
Mudah-mudahan kita dapat menjaga diri dari perilaku sesat dan ucapan keliru. Kalau tidak berarti kita sesat dan keliru (ضلَّ وغَوَى).
Allah swt. berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. (Q.S.Al-Maidah:105)
Manakala kita mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, berarti kita telah sesat dalam menjalani hidup ini.
Allah swt. berfirman:وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Q.S.Al-Ahzab:36)
Rasulullah saw. bersabda:
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، فَقَدْ غَوَى. أخرجه الشافعى والبيهقى
Dan siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh telah keliru (sesat). (Ahrajahu Syafi’i, dan Baihaqi).
Manakala kita berbuat maksiat (dosa), dan beramalan batil (salah) berarti kita juga sesat dalam menjalani hidup ini.
Perbuatan maksiat, amalan batil, dan ucapan kebohongan yang kita lakukan tidak membahayakan siapapun kecuali pada diri kita sendiri. Begitu pula ketaatan kita tidak memberi manfaat kepada siapapun kecuali pada diri kita sendiri.
Allah swt. berfirman:
Perbuatan maksiat, amalan batil, dan ucapan kebohongan yang kita lakukan tidak membahayakan siapapun kecuali pada diri kita sendiri. Begitu pula ketaatan kita tidak memberi manfaat kepada siapapun kecuali pada diri kita sendiri.
Allah swt. berfirman:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri (Q.S.Al-Israa:7)
Kita tidak boleh memandang baik perbuatan maksiat. Bila kita memandangnya baik berhasillah setan menyesatkan kita.
Allah swt. berfirman:قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka (Q.S.Al-Hijr:39-40)
Semoga kita termasuk yang mukhlis yaitu orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah.
Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan terlarang. Sekecil apapun larangan itu harus kita jauhi. Kita juga harus waspada terhadap pikiran jahat setan yang dibisikkan kepada kita.
Pikiran jahat setan sering mempengaruhi hati dan akal kita, sehingga kita sering sesat dalam berperilaku dan keliru dalam bertutur kata.
Kalau telinga, mata, hati, dan akal kita berfungsi, maka tidak akan melakukan perbuatan yang sesat dan berkata keliru (bohong). Manakala kita masih melakukannya berarti kita durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Suruhan Allah untuk menjaga diripun telah kita abaikan. Jika demikian berarti kita berpaling dari Allah swt.
Bila kita tahu yang hak (benar) kemudian dengan sengaja kita menggantinya dengan yang batil berarti kita telah sesat.
Allah swt. melarang kita mencampuradukkan yang hak dengan yang bati dan melarang kita menyembunyikan yang hak.
Allah swt berfirman:
Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan terlarang. Sekecil apapun larangan itu harus kita jauhi. Kita juga harus waspada terhadap pikiran jahat setan yang dibisikkan kepada kita.
Pikiran jahat setan sering mempengaruhi hati dan akal kita, sehingga kita sering sesat dalam berperilaku dan keliru dalam bertutur kata.
Kalau telinga, mata, hati, dan akal kita berfungsi, maka tidak akan melakukan perbuatan yang sesat dan berkata keliru (bohong). Manakala kita masih melakukannya berarti kita durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Suruhan Allah untuk menjaga diripun telah kita abaikan. Jika demikian berarti kita berpaling dari Allah swt.
Bila kita tahu yang hak (benar) kemudian dengan sengaja kita menggantinya dengan yang batil berarti kita telah sesat.
Allah swt. melarang kita mencampuradukkan yang hak dengan yang bati dan melarang kita menyembunyikan yang hak.
Allah swt berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui. (Q.S.Al-Baqarah:42)
Bila kita berkata batil (bohong) atau membenarkan perkataan yang batil berarti kita melakukan kebohongan. Kalau kita mengada-adakan kebohongan berarti kita tidak beriman kepada ayat-ayat Allah atau tidak mempunyai keterangan-keterangan Allah.
Allah swt. berfirman:إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Q.S.An-Nahl:105)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang suka mengada-adakan kebohongan dan tunduk kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
Allah swt. berfirman:وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' (Q.S.Al-Baqarah:43)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar